SIDOARJO – Menyongsong peringatan Hari Santri Nasional 2024, Ponpes Al Barokah Sruni, salah satu pondok pesantren naungan DPD LDII Kabupaten Sidoarjo mengadakan Sosialisasi Penanaman 29 Karakter Luhur di Aula Al Barokah Desa Sruni, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu malam (19/10/2024). Berkolaborasi dengan Bidang BK (Bimbingan dan Konseling) PPG Sidoarjo Tengah.
LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) memiliki program kerja yang tertuang ke dalam kelompok kerja (pokja) untuk pembinaan generasi muda penerus bangsa yang bernama PPG (Penggerak Pembina Generus). Di dalam pokja PPG terdapat berbagai elemen, di antaranya: perencanaan program, penggalang dana, penyedia sarana dan prasarana, dsb. Pembinaannya berpusat kepada penerapan 29 karakter luhur.
Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 450 orang peserta. Mereka adalah para santri yang mondok di Ponpes Al Barokah Sruni. Berasal dari Pondok CKM (Calon Kiriman Mubaligh), Pondok HB (Hadist Besar), PKPPS (Pendidikan Kesetaraan Pondok Pesantren) Mulia Insani, dan MA (Madrasah Aliyah) Mulia Insani. Didampingi oleh para guru pondok, guru PKPPS Mulia Insani, dan guru MA Mulia Insani, serta pengurus PPG Sidoarjo Tengah.
Mengawali kegiatan, Kepala MA Mulia Insani, Eko Hariono, S.Pd.I memberikan pengarahan kepada para santri ponpes sekaligus para siswa sekolah di bawah naungan LDII tersebut. Diharapkan, para peserta bisa memperhatikan dengan sungguh-sungguh, sehingga benar-benar memahami materi yang diberikan oleh para narasumber. Selanjutnya, supaya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketua PPG (Penggerak Pembina Generus) Sidoarjo Tengah, Suwoto, S.Pd mengatakan, Sosialisasi Penanaman 29 Karakter Luhur tersebut bertujuan untuk membekali para santri Ponpes Al Barokah Sruni dan para siswa PKPPS Mulia Insani, dan MA Mulia Insani agar mempunyai karakter (akhlak) atau budi pekerti yang baik. “Karakter luhur tersebut akan melengkapi ilmu para santri dan siswa selama mondok dan sekolah. Apalagi kelak sebagai bekal hidup dalam masyarakat,”katanya saat membuka kegiatan.
Pemateri pertama, Drs. Koesmoko menyajikan materi bertajuk “Penerapan 29 Karakter Luhur”. Terdiri dari: 3 sukses pembinaan generasi penerus (akhlakul karimah, alim dan fakih, mandiri); 6 thobiat luhur (rukun, kompak, kerja sama yang baik, jujur, amanat, mujhid muzhid); 4 tali keimanan (bersyukur, mengagungkan, mempersungguh, berdoa); 3 prinsip kerja (benar, kurup, janji); 4 maqodirulloh (mendapat nikmat supaya bersyukur, mendapat musibah supaya istirja’, mendapat cobaan supaya sabar, mendapat salah supaya bertobat); 4 roda berputar (yang kuat membantu yang lemah, yang bisa membantu yang tidak bisa, yang ingat mengingatkan yang lupa, yang salah dinasihati supaya mau bertobat); 5 syarat kerukunan (bicara yang baik, jujur bisa dipercaya dan mempercayai, sabar keporo ngalah, tidak merusak sesama-diri-harta-hak asasi-kehormatan, saling memperhatikan dan menjaga perasaan).
“Sebanyak 29 karakter luhur ini berdasarkan Alquran dan Alhadist, intinya meneladani Rasulullah SAW sebagai uswatun khasanah (contoh yang baik). Para santri dan siswa supaya bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, masjid, sekolah dan ponpes, serta masyarakat,”ujarnya.
Disebutkan, penerapan karakter luhur di lingkungan keluarga di antaranya: hormat dan berbakti kepada kedua orang tua masing-masing, menghormati kakak dan menyayangi adik, merawat, menjaga, menggunakan dengan baik serta mensyukuri pemberian orang tua. Yang juga tidak boleh dilupakan adalah tata krama terhadap kedua orang tua.
Adapun penerapan karakter luhur di dalam masjid, di antaranya: tertib sholat lima waktu, tertib dan semangat ibadah/mengaji, berpakaian suci, bersih, dan rapi, menata sandal/sepatu, bersikap tenang saat menunggu waktu sholat, peduli terhadap kebersihan, kerapian, dan keamanan, serta etika penggunaan fasilitas/sarana prasana masjid, dsb.
Penerapan karakter luhur di tempat pengajian dan sekolah/ponpes, di antaranya: tertib dan semangat mengaji dan belajar sesuai dengan target kurikulum; peduli kebersihan, kerapian, dan keamanan sarana prasarana; bersikap tenang pada saat mengaji dan belajar; mengucapkan dan berjabat tangan dengan para ustad/guru; punya rasa empati terhadap sesama; membiasakan sodakoh; membiasakan kerukunan dan tidak melakukan bullying (perundungan), dsb.
Selanjutnya, penerapan karakter luhur di lingkungan masyarakat, di antaranya: bertutur kata yang sopan, bersikap, dan berperilaku baik; peduli terhadap kebersihan, keindahan, dan keamanan lingkungan sekitar; membiasakan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun); membiasakan mengucapkan permisi sambil membungkukkan badan saat melewati orang yang lebih tua; aktif mengikuti kegiatan sosial masyarakat/kerja bakti; membiasakan tanggap dan senang membantu tetangga, dsb.
Pemateri kedua, Dra. Hj. Dwi Herry Andayani, MM menyampaikan materi berjudul “Strategi Sosialisasi Membangun Karakter Luhur”. Di antaranya: karakteristik usia praremaja dan remaja; pendalaman karakteristik luhur dan penanamannya di ponpes/sekolah; rumus memahami perilaku yang mengarah kepada karakter luhur dan dorongan positif.
Disampaikan indikator-indikator karakter luhur yang mencakup 6 thobiat luhur: jujur, amanah, mujhid muzhid, rukun, kompak, dan kerja sama yang baik. Indikator jujur di antaranya: benar dalam ucapan dan sesuai dengan kenyataan, tidak berkata dusta/bohong. Indikator amanah, di antaranya: menetapi janji, bisa dipercaya, mampu menjaga kepercayaan. Indikator mujhid muzhid, di antarannya: efisiensi/hemat/tidak boros, tidak foya-foya/tidak menghambur-hamburkan uang, dsb.
Indikator rukun, di antaranya: tidak mengolok-olok, tidak bertikai, berani minta maaf, berbagi dengan teman, menolong teman, dsb. Indikator kompak, di antaranya: membiasakan mengerjakan kegiatan bersama-sama dengan senang gembira, menumbuhkan rasa kesetiakawanan. Indikator kerja sama yang baik, di antaranya: saling peduli, saling mendukung, saling melancarkan, saling menghargai, dsb.
Bagaimana cara merespon anak usia praremaja dan remaja? Menurut pembicara kedua, membangun karakter dapat dilakukan dengan cara: mendisiplinkan anak tanpa mempermalukan, mengkritik tanpa merendahkan martabatnya, menghargai tanpa menghakimi, menegur tanpa menyakiti perasaan, mengakui daripada membantah dengan perasaan, anggapan, dan pendapat. Sehingga, anak bisa belajar mempercayai kenyataan hidup dan mampu mengembangkan rasa percaya diri.
Sesi kegiatan yang dinantikan oleh para peserta adalah saat pemberian kuiz berhadiah. Satu per satu ditampilkan gambar dan kasus (problem solving) yang harus dijawab oleh para santri dan siswa. Mereka pun berebut untuk menjawab dengan sebaik-baiknya, termotivasi untuk mendapatkan hadiah dari panitia. Kegiatan ditutup dengan nasihat agama dan doa oleh perwakilan Dewan Penasihat Ponpes Al Barokah Sruni, KH Rakhim Aminuddin.
(KIM DPD LDII Sidoarjo)
Posting Komentar